SEMARANG, suara-muslim.com - Sekitar dua pekan menjelang Bulan Ramadhan 1434 H, berbagai persiapan yang dilakukan umat Islam untuk menyambutnya. Seperti melakukan ziarah ke makam tokoh ulama penyebar Agama Islam di Semarang yaitu Makam Waliyullah Syekh Jumadil Qubro di Jalan Arteri Yos Sudarso No 1 Kelurahan Terboyo Kulon, Genuk.
Ribuan peziarah yang berasal dari dalam dan luar kota berdatangan ke makam wali Allah tersebut, dengan rombongannya masing-masing. Mereka datang menggunakan bus dan mobil mulai pagi telah memadati masjid Jumadil Qubro.
Isti, salah-satu peziarah dari Jamiah Tahlil Nurul Jadid Randugarut Tugu mengatakan, kegiatan ziarah ini untuk langkah awal mengenalkan kepada anak-anak kepada wisata religius dari yang terdekat dulu di Semarang. Karena melihat dari perjuangan beliau yang tidak ada bandingannya berada di Kota Semarang untuk menyebarkan agama Islam.
"Dengan ini agar anak didik menjalankan apa yang dicontohkan oleh beliau. Apalagi menjelang awal Ramadhan, merupakan langkah awal untuk menata hati dan menambah spirit semangat kepada anak. Dan menyiapkan hati, dan fisik serta menjaga kesehatan yang setiap tahun rutin dilaksanakan," katanya.
Isti datang bersama rombongannya berjumlah 65 orang.
Mustofa juru kunci makam mengatakan, dalam satu hari terdapat sekitar seribu orang yang datang untuk berziarah, menggunakan sekitar 20 bus. Mereka datang dari Demak, Ungaran, Semarang, Kalimantan, Salatiga, Magelang, Jepara, dan Pekalongan.
Biasanya bagi peziarah yang tahu datang ke makam ini terlebih dahulu, sebelum melakukan ziarah ke makam Walisongo. Makam tokoh kunci dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa ini akan ramai dikunjungi pengunjung mulai bulan Rajab.
Selain itu, Makam Syekh Jumadil Qubro dikunjungi banyak peziarah juga selama masa liburan sekolah. Pihak Yayasan Syekh Jumadil Qubro juga sedang membangun masjid agar semakin dikenal orang.
Syekh Jumadil Qubro menjadi tokoh kunci penyebaran Islam di tanah Jawa. Dia datang dari Samarkand Uzbekistan melalui laut mengislamkan orang yang masih kuat menganut agama Hindu pada zaman kerajaan Majapahit.
"Dalam memelihara dan merawat makam, untuk menjadi salah-satu tempat wisata religius di Kota Semarang, kita masih kurang dalam penyediaan lahan parkir, karena bus-bus dan kendaraan para peziarah bisa menggangu lalu lintas jalan. Untuk lahan yang berada di belakang masjid belum bisa digunakan karena masih meminjam hanya untuk acara-acara tertentu seperti khaul. Begitu juga air masih minim,"katanya.
Pada umumnya jamaah melakukan doa, tahlil, yasinan, dan manaqib di makam tersebut. Adapun kegiatan rutin untuk umum Mujahadah setiap Senin malam, Manaqib dan Maulidurrasul Kamis Kliwon selapanan, Manaqib Alhikmah setiap Sabtu pahing dan Khaul Akhir Apit atau Dzulkaidah, pada hari Jumat setiap tahunnya.
Sumber: Suara Merdeka
Tidak ada komentar: